Porposisi
Proposisi mempunyai tiga bagian, yakni Subjek, Predikat dan KOPULA yaitu tanda yang menyatakan ubungan antara subjek dan objek
Proposisi majemuk adalah suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan 2 bagian yang dapat dinilai benar atau salah. Proposisi majemuk ada tiga macam, yaitu proposisi hipotetik, proposisi disjungtif, dan proposisi konjungtif.
Proposisi yang mengandung pangkal duga disebut dengan proposisi hipotetik, yaitu suatu pernyataan yang mempunyai hubungan ketergantungan antara 2 bagian, yang pertama sebagai anteseden dan kedua sebagai konsekuen. Hubungan ketergantungan dalam proposisi hipotetik dapat berupa kesetaraan, persyaratan atau kemungkinan, yang mewujudkan tiga macam proposisi hipotetik: proposisi ekuivalen; proposisi implikatif, dan proposisi problematik.
Proposisi ekuivalen merupakan pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan kesetaraan antara anteseden dan konsekuen. Berdasarkan hubungan ketergantungan kesetaraan atau hubungan timbal-balik, proposisi ekuivalen dapat dibedakan atas tiga macam: ekuivalen kausalitas, ekuivalen definisional, ekuivalen analitik. Ekuivalen kausalitas ialah pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan kesetaraan berupa sebab-akibat. Ekuivalen definisional adalah pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan kesetaraan berupa pembatasan arti. Ekuivalen analitik adalah pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan kesetaraan berbentuk penguraian arti.
persyaratan antara anteseden dan konsekuen. Berdasarkan hubungan ketergantungan persyaratan, proposisi implikatif dapat dibedakan atas dua macam: implikasi logik dan implikasi material. Implikasi Proposisi implikatif merupakan pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan logik disebut juga implikasi imperatif adalah pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan persyaratan atas dasar pertimbangan akal yang mengharuskan konsekuen terjadi dengan terpenuhinya anteseden. Implikasi material adalah pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan persyaratan atas dasar isi yang dikandungnya dengan menetapkan konsekuen pasti terjadi jika terpenuhi adanya anteseden.
Proposisi problematik adalah suatu pernyataan yang hubungan ketergantungannya bersifat kemungkinan antara anteseden dan konsekuen, dalam arti anteseden terjadi belum tentu menyebabkan konsekuen, demikian juga konsekuen terjadi belum tentu dikarenakan adanya anteseden, jadi hubungannya bersifat tidak pasti, mungkin ada hubungan mungkin juga tidak.
Proposisi Disjungtif
Proposisi disjungtif merupakan bagian dari proposisi majemuk yang mempunyai hubungan pengatauan antara dua bagian yang keduanya sebagai pilihan (disjunct). Kedua pilihan dalam disjungsi karena sama kedudukannya sehingga dapat dibalik dan tidak mempengaruhi makna yang dikandungnya. Berdasarkan hubungan pengatauannya, disjungsi dibedakan atas empat macam, yaitu disjungsi eksklusif, disjungsi inklusif, disjungsi alternatif, disjungsi kolektif. Di antara empat macam ini disjungsi kolektif tidak digunakan dalam penalaran.
Disjungsi eksklusif merupakan pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan pengatauan yang saling menyisihkan antara dua bagian, yakni antara bagian pertama dan bagian kedua tidak dapat bersatu, tetapi ada kemungkinan ketiga. Faedah praktis disjungsi eksklusif adalah sebagai konsekuen dari bentuk rumusan implikasi logik atau implikasi imperatif.
Disjungsi inklusif adalah pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan pengatauan dapat merangkum antara dua bagian, yakni bagian pertama dan bagian kedua dapat bersatu sebagai perpaduan dan tidak ada kemungkinan ketiga. Faedah praktis disjungsi inklusif adalah sebagai anteseden dari bentuk rumusan implikasi logik atau implikasi imperatif. Disjungsi inklusif dalam bidang hukum hanya sebagai anteseden, jarang sekali sebagai konsekuen. Pengolahan disjungsi inklusif sebagai anteseden, dalam bahasa biasa dapat menggunakan tiga cara atau tiga bentuk rumusan, yaitu kedua bagian disjungsi dirumuskan sebelum konsekuen, dapat juga sesudah konsekuen atau dipisahkan. Dari 3 bentuk tersebut rumusan simboliknya tetap satu bentuk, yaitu kedua antesedennya di muka sebelum konsekuen.
Disjungsi alternatif adalah pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan pengatauan yang berlawanan penuh antara 2 bagian, yakni antara bagian pertama dan bagian kedua tidak dapat bersatu dan tidak ada kemungkinan ketiga. Disjungsi alternatif sering juga disebut dengan disjungsi kontradiktif karena kedua bagiannya berlawanan penuh atau kontradiksi, yang satu merupakan kebalikan yang lain.
Proposisi Konjungtif
Proposisi konjungtif yang merupakan bagian dari proposisi majemuk didefinisikan sebagai pernyataan yang mempunyai hubungan penyertaan 2 bagian sebagai unsurnya. Dua bagian dalam konjungsi ialah bagian pertama atau penyerta pertama dan bagian kedua atau penyerta kedua yang kedudukannya sama. Hubungan penyertaan dalam proposisi konjungtif ialah pengungkapan pernyataan untuk menyebutkan dua unsur atau penyertanya secara bersamaan dan berkedudukan sama. Proposisi konjungtif atau konjungsi jika dianalisis berdasarkan bentuk hubungan penyertanya, dapat dibedakan dua macam, yaitu konjungsi disjungtif dan konjungsi predikatif.
• Proposisi Disjungtif Sempurna (P mungkin Q mungkin (nonQ))
Contoh : Dhana bercelana hitam atau
• Proposisi Disjungtif Tak Sempurna (P mungkin Q mungkin R)
Contoh : kita pergi berbelanja atau menonton film
Konjungsi disjungtif adalah pernyataan yang mempunyai hubungan penyertaan dua bagian yang keduanya dapat dikembalikan dalam bentuk pengatauan. Hubungan penyertaan dalam konjungsi disjungtif adalah penyebutan 2 unsur atau penyertanya itu berpangkal pada suatu himpunan semestanya menuju himpunan bagian yang merupakan unsurnya, yang dibedakan atas 3 macam, yaitu konjungsi eksklusif, konjungsi inklusif, konjungsi alternatif.
1. Konjungsi eksklusif merupakan pernyataan dengan hubungan penyertaan yang kedua bagiannya tidak dapat bersatu tetapi ada kemungkinan ketiga.
2. Konjungsi inklusif merupakan pernyataan dengan hubungan penyertaan yang kedua bagiannya dapat bersatu tetapi tidak ada kemungkinan ketiga.
3. Konjungsi alternatif merupakan pernyataan dengan hubungan penyertaan yang kedua bagiannya tidak dapat bersatu dan tidak ada kemungkinan ketiga.
Proposisi implikatif baik yang berupa implikasi logik maupun implikasi material yang keduanya dirumuskan (p Þ q) jika p maka q, tetapi q belum tentu p. Rumusan ini cukup disebut dengan implikasi saja atau sering juga dengan kondisional. Dalam implikasi satu-satunya kesalahan adalah jika anteseden diakui benar dan konsekuen salah. Dalam diagram himpunan implikasi, luas pengertian antara anteseden dan konsekuen yang dikandungnya tidak sama. Cakupan pengertian konsekuen lebih luas jika dibandingkan dengan cakupan pengertian anteseden. Jika dapat digambarkan dinilai benar dan jika tidak mungkin dapat digambarkan dinilai salah.
Penalaran dalam bentuk penyimpulan langsung dengan satu pangkal pikir dan kesimpulan disebut dengan istilah “eduksi”. Ada tiga macam penyimpulan eduksi,yaitu konversi, inversi, dan kontraposisi. Konversi merupakan bentuk penyimpulan dengan cara menukar kedudukan dua bagian sebagai anteseden dan konsekuen yang kesimpulannya disebut konvers. Inversi merupakan bentuk penyimpulan dengan cara menegasikan kedua bagian sebagai anteseden dan konsekuen yang kesimpulannya disebut invers. Kontraposisi merupakan bentuk penyimpulan dengan cara menukar kedudukan kedua bagian serta menegasikannya dan kesimpulannya disebut kontrapositif.
Proposisi implikatif atau implikasi jika dikontraposisikan mempunyai hubungan yang saling menyimpulkan secara ekuivalen, tetapi jika dikonversikan atau diinversikan tidak dapat saling menyimpulkan, dua kemungkinan nilai logiknya bahkan bertentangan, yakni dalam keadaan anteseden dan konsekuen nilainya tidak sama. Dengan demikian, kontrapositif dari implikasi adalah tepat, tetapi konversi dan inversi dari implikasi tidak tepat.
Suatu penyimpulan baik langsung maupun tidak langsung untuk penalaran majemuk dapat dibuktikan ketepatannya dengan nilai kebenaran, di samping dengan diagram himpunan, yang dapat ditentukan menjadi tiga macam, yaitu tautologi, kontradiksi, dan kontingensi. Penalaran dinyatakan sebagai suatu tautologi jika hasil terakhir benar semua, dalam arti semua kemungkinan bentuk logiknya benar. Penalaran dinyatakan sebagai suatu kontradiksi jika hasil terakhir salah semua, dalam arti semua kemungkinan bentuk logiknya salah. Penalaran dinyatakan sebagai suatu kontingensi jika hasil terakhir ada yang benar dan ada yang salah, dalam arti tidak tentu nilainya.
Jenis Proposisi
Berdasarkan bentuknya proposisi ada tiga macam :
1. Proposisi Kategorik
Yaitu proposisi yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat. Dalam proposisi ini minimal terdiri dari 1 subjek, 1 predikat, 1 kopula dan satu quantifier. Dimana quantifier adalah kata yang menunjukan banyaknya satuan yang diikat oleh term subjek.
Contoh sederhana : Semua manusia adalah ciptaan Allah
Semu = quantifier
Manusia = term subjek
Adalah = kopula
Ciptaan Allah = term predikat
Quantifier dapat menunjukkan jenis Proposisi.
• Proposisi Universal, quantifiernya menunjukkan permasalahan yang universal
Contoh : semua tanaman membutuhkan air
• Proposisi Partikular, quantifiernya menunjukkan permasalahan yang particular
Contoh : sebagian manusia dapat menerima pendidikan tinggi
• Proposisi Singular, quantifiernya menunjukkan permasalahan yang singular
Contoh : seorang yang bernama Hasan adalah seorang guru.
Sedangkan kopula dapat menunjukkan kualitas proposisi
• Proposisi Universal positif, misalnya : semua benda hidup pasti akan mati
Kopulanya mengakui hubungan sebjek dan predikatnya secara keseluruhan (dilambangkan dengan huruf A)
• Proposisi Universal negatif, misalnya : semua petanii bukan orang rajin
Kopulanya mengingkari hubungan sebjek dan predikatnya secara keseluruhan (dilambangkan dengan huruf E )
• Proposisi Partikukar positif, misalnya : sebagian sarjana adalah orang pandai
Kopulanya mengakui hubungan sebjek dan predikatnya secara sebagian saja (dilambangkan dengan huruf I)
• Proposisi Partikukar negatif, misalnya : beberapa pelajar tidak masuk sekolah
Kopulanya mengingkari hubungan sebjek dan predikatnya secara keseluruhan (dilambangkan dengan huruf O)
• Proposisi Singular positif, misalnya : Dado seorang mahasiswa
Kopulanya mengakui hubungan sebjek dan predikatnya secara keseluruhan (dilambangkan dengan huruf A)
• Proposisi Singular negatif, misalnya : iwan dan adhi tidak pernah belajar mengaji
Kopulanya mengingkari hubungan sebjek dan predikatnya secara keseluruhan (dilambangkan dengan huruf E)
Selain itu juga dikenal istilah subjek atau objek tertebar (distributed) dimana ia melingkupi seluruh denotasinya dan tak tertebar (undistributed) bila hanya menyebut sebagian denotasinya.
Sebagai contoh misalnya proposisi universal positif; "semua kera adalah mamalia". Subjek kalimat ini menunjukkan keseluruhan denotasinya, yaitu untuk semua jenis kera. Maka subjek termasuk tertebar. Sedangkan predikatnya tak tertebar karena predikat hanya menerangkan kera saja. Padahal banyak contoh hewan yang digolongkan kedalam mamalia. Setelah kita menganalisa dan mencoba hal yang sama pada masing-masing jenis proposisi didapat hasil
Proposisi Subjek Predikat
A Tertebar Tak Tertebar
I Tak Tertebar Tak Tertebar
E Tertebar Tertebar
O Tak Tertebar Tertebar
2. Proposisi Hipotetik
Perbedaan sangat jelas antara Kategorik dengan Hipotetik. Pada Hipotetik dipengaruhi oleh syarat dan kopulanya sekarang menghubungkan antara dua buah pernyataan. Bentuk Proposisi Hipotetik :
• Bila P adalah Q maka P adalah R
Contoh : Bila Dudut rajin bekerja ia akan berpenghasilan tinggi
• Bila P adalah Q maka R adalah S
Contoh : Bila hari hujan maka kebun akan basah
Hubungan sebab akibat dalam proposisi Hipotetik biisa berupa hubungan.kebiasaan, misalnya "Apabila Aku lulus, maka ayah akan memberiku hadiah". Atau bisa juga berupa hubungan keharusan, misalnya "Apabila matahari msudah terbenam, maka waktu sholat maghrib pun tiba."
Selasa, 27 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar